Senin, 30 September 2013

Demonologi dan perkembangannya



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang
Demonologi merupakan pemikiran awal yang dikembangkan atas dasar pemikiran yang tidak rasional, dimana suatu tingkah laku kejahatan yang dilakukan oleh individu merupakan pengaruh dari roh jahat (demon adalah setan). Benar atau salahnya suatu tingkah laku ditentukan oleh definisi kepala suku atau orang yang dianggap sebagai dewa. Pemikiran ini masih bersifat konvensional di mana tindakan pelanggaran yang dianggap paling serius bagi Demonologis adalah mempergunakan ilmu gaib hitam atau dikenal dengan black magic. Hukuman yang digunakan juga masih bersifat tradisional yang ditujukan untuk mengusir roh jahat dalam diri individu tersebut, seperti membakar individu yang memiliki ilmu hitam. Demonologi penting bagi kita untuk mengenalinya, sebab kita dapat lebih berhati-hati lagi menghadapi si musuh jika kita tahu mengenai pribadi, kebiasaan, dan pekerjaannya. Namun karena fokus makalah ini lebih ke Angelologi, maka kita tidak akan membahas Demonologi terlalu dalam. Untuk itu, mari kita masuk ke pembahasan selanjutnya, yaitu mengenai kejatuhan para malaikat surgawi. Merekalah bentuk asli iblis ketika mereka diciptakan.

B.     Rumusan Masalah
a.       Menjelaskan mengenai demonologi.
b.      Sejarah rumah sakit jiwa dan abad kegelapan hingga saat ini.
c.       Para tokoh-tokoh serta teori-teorinya dalam demonologi.



C.    Tujuan
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Demonologi, sejarah perkembangannya pada abad kegelapan hingga saat ini, rumah sakit jiwa yang dibangun untuk penderita gangguan mental, serta para tokoh-tokoh yang berperan dalam demonologi dalam teori-teori mereka.













BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Demonologi
            Demonologi berasal dari kata Yunani kuno ‘δαίμων’ (daimōn) dan logoς (logos) yang berarti ‘perkataan atau kata-kata’. Daimon artinya ‘roh’ atau ‘kekuatan yang hebat’ atau ‘roh supranatural – yang bersifat jahat’. Pengertian dari kata ini sesungguhnya cukup banyak, tapi umumnya kata ini diartikan sebagai ‘roh yang meninggali suatu tempat’ atau ‘roh jahat – iblis’. Jadi, Demonologi adalah ‘pembicaraan mengenai roh-roh jahat/iblis’.
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, iblis memiliki pengertian ‘makhluk halus yang selalu berupaya menyesatkan manusia dari petunjuk Tuhan’. Jadi, iblis atau setan adalah pribadi jahat yang ada dalam suatu bentuk roh yang selalu berupaya untuk membuat manusia berjalan pada jalan yang salah, fasik, dan jahat di mata Tuhan. Kita akan mencoba mengenali si jahat ini lebih jauh lagi agar kita bisa senantiasa waspada pada siasat jahatnya yang akan selalu membuat kita jauh dari Tuhan.
            Demonologi penting bagi kita untuk mengenalinya, sebab kita dapat lebih berhati-hati lagi menghadapi si musuh jika kita tahu mengenai pribadi, kebiasaan, dan pekerjaannya. Namun karena fokus makalah ini lebih ke Angelologi, maka kita tidak akan membahas Demonologi terlalu dalam. Untuk itu, mari kita masuk ke pembahasan selanjutnya, yaitu mengenai kejatuhan para malaikat surgawi. Merekalah bentuk asli iblis ketika mereka diciptakan. Ya, iblis dahulu memang adalah malaikat Tuhan.
a.       Kajian Demonologi  Dalam Pandangan Agama
Dalam Kajian Alkitab dalam agama Kristen dijumpai demonologi yang sudah berlangsung sejak tradisi bangsa Yahudi kuno pada waktu dijajah oleh Persia. Kemudiam dalam sastra para nabi Yahudi terdeteksi dari tahun 150 SM. Dalam tradisi Perjanjian Lama, mula-mula setan dipandang sebagai berhala. Kemudian dalam Sastra apokaliptik setan dipahami sebagai malaikat-malaikat yang jatuh dalam ketidak patuhan terhadap Tuhan. Lalu setan-setan yang dikepalai iblis itu membujuk manusia untuk menyembah berhala, percaya takhayul dan melakukan perang. Mereka menyiksa manusia juga dalam bentuk penyakit. Sedangkan dalam sastra penciptaan, setan dipandang sebagai musuh Allah yang senantiasa menggoda dalam pikiran dan badan manusia, bukan lagi dalam penguasaan dan dosa. Pengusiran setan dari kehidupan manusia dipandang sebagai kemenangan atas iblis atau tanda-tanda pembebasan manusia atas yang jahat. Yesus pernah melakukan pengusiran Roh jahat (iblis) dari orang-orang yang dijumpainya. Namun dalam Lukas 9:40, para murid Yesus gagal melakukannya.
b.      Pandangan Demonologi Dalam Psikologi
Selama rentang sejarah budaya barat, konsep perilaku abnormal telah dibentuk dalam beberapa hal oleh pandangan dunia (worldview) yang berlaku pada saat itu. Juga sepanjang sejarah, keyakinan akan kekuatan supranatural, setan, dan roh jahat telah sangat mendominasi. Perilaku abnormal seringkali dianggap sebagai tanda kerasukan (possession). Pada masa kini yang lebih modern, pandangan dunia secara umumnya meski tak berarti universal, telah berganti pada keyakinan terhadap ilmu dan nalar (reason). Dalam budaya psikologi, perilaku abnormal telah dipandang sebagai produk dari faktor fisik dan psikososial, bukan akibat dari kerasukan setan.
Perkembangan model medis yang modern, yaitu pandangan bahwa perilaku abnormal merupakan hasil dari proses biologis yang melatar belakanginya. Hipocrates telah mulai mengklasifikasikan pola-pola perilaku abnormal, dengan menggunakan tiga kelas utama yang memiliki sejumlah kesamaan,  dimana melankolia untuk menandai depresi yang berlebihan, manaik untuk mengacu pada kegembiraan yang berlebihan, dan ferenitis utuk menandai bentuk perilaku aneh yang mungkin pada saat ini mencirikan skizofrenia ( gila ), Hipocrates (460-377 SM).
B. Perkembangan Demonologi Dari Zaman Kegelapan Hingga Sekarang
a.      Rumah sakit jiwa pertama
Bangunan rumah sakit jiwa yang pertama didirikan di Baghdad pada tahun 705, dan rumah sakit jiwa gila dibangun di Fes pada abad ke-8 awal, Kairo pada tahun 800 dan di Damaskus dan Aleppo di 1270. pasien  yang dirawat diterapi dengan cara dimandikan, diberikan obat-obatan, serta terapi musik dan kegiatan yang mendukung kesembuhannya. Pada abad yang akan datang, Dunia Muslim akhirnya akan berfungsi sebagai stasiun cara penting pengetahuan untuk Renaissance Eropa, melalui terjemahan Latin dari banyak teks-teks Islam ilmiah. (Avicenna) Ibn-Sina Canon of Medicine menjadi standar ilmu kedokteran di Eropa selama berabad-abad, bersama dengan karya-karya Hippocrates dan Galen.
b.      Zaman Pertengahan atau zaman kegelapan
Keyakinan terhadap penyebab supranatural, terutama doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat, meningkat pengaruhnya ,dan akhirnya mendominasi pemikiran pada zaman pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat atau iblis. Keyakinan ini dibubuhkan kedalam ajaran gereja katolik Roma, yang menjadi kekuatan pemersatu di Eropa Barat, setelah runtuhnya kekaisaran Roma tentunya. Sebagai pilihan dalam menanganani perilaku abnormal adalah dengan pengusiran roh jahat (exorcism). Para pengusir roh jahat dipekerjakan untuk meyakinkan roh jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju pada dasarnya tidak dapat dihuni. Metode-metodenya meliputi berdoa, mengayun-ayunkan tanda salib kehadapan korban, memukul dan mencambuk, bahkan membuat korban menjadi lapar. Apabila korban masih menunjukkan perilaku yang tidak sepatutnya, terdapat pengobatan yang bahkan lebih kuat, seperti penyiksaan, dengan peralatan untuk menyiksa. Tampak jelas bahwa penerima “pengobatan” tersebut akan termotivasi untuk menyesuaikan perilaku mereka sebaik mungkin sesuai dengan harapan sosial.
c.       Ilmu Sihir
Pada akhir abad ke-15 sampai akhir abad ke-17, yang merupakan masa dimana terjadi penganiayaan-penganiayaan terhadap orang-orang yang dituduh memiliki ilmu sihir.  Lalu muncul tes-tes diagnostik yang kreatif untuk mendeteksi penguasaan oleh roh jahat dan ilmu sihir. Dalam kasus tes terapung di air, orang yang tidak bersalah ditenggelamkan sebagaai cara untuk meyakinkan bahwa mereka tidak dirasuki oleh iblis. Tes terapung di air didasarkan pada prinsip bahwa logam murni tetap berada didasar selama peleburan, sedangkan yang tiruan muncul kepermukaan. Tertuduh yang dapat mempertahankan kepala mereka di atas permukaan air dianggap bersekutu dengan iblis. Oleh karenanya mereka benar-benar berada dalam kesulitan. Percobaan ini merupakan sumber  frase yang berbunyi “terkutuklah jika engkau melakukan dan terkutuklah jika tidak” (damn if you do and damn if you don’t). Akademisi modern pernah meyakini bahwa orang-orang yang disebut sebagai penyihir pada abad pertengahan dan zaman renaisensse sebenarnya merupakan orang-orang yang mengalami gangguan secara mental. Mereka diyakini dianiaya karena perilaku abnormal mereka dianggap sebagai bukti bahwa mereka bersekutu dengan iblis. Adalah benar bahwa banyak dari penyihir yang diduga mengaku telah melakukan perilaku yang tidak mungkin, seperti terbang atau melakukan hubungan seksual dengan iblis. Dilain sisi, pengakuan semacam itu mungkin mengacu pada gangguan dalam pikiran dan persepsi yang konsisten dengan diagnosis modern tentang gangguan psikologis, seperti skizofrenia.
Meskipun setan diyakini memainkan peranan baik dalam perilaku abnormal, maupun ilmu sihir, tapi terdapat perbedaan antara keduanya. Korban dari kerasukan oleh roh jahat kemungkinan dipersepsikan dirundung hal itu sebagai balasan atas pelanggaran yang telah dilakukan, tapi beberapa orang yang menunjukkan perilaku abnormal dianggap merupakan korban yang tidak berdosa dari penguasaan setan tersebut. Namun, penyihir diyakini secara sukarela memasuki persekutuan dengan iblis dan meninggalkan Tuhan. Penyihir biasanya dipandang lebih pantas untuk mengalami penyiksaan, dan eksekusi hukuman mat
      d. Abad ke-15 dan awal ke-16
Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, rumah sakit jiwa , atau penampungan untuk orang schizophrenia, mulai menjamur di seluruh Eropa. Banyak yang sebelumnya merupakan leprosariun (tempat perawatan untuk penderita lepra), yang tidak lagi dibutuhkan karena berkurangnya penyakit lepra pada akhir abad pertengahan. Rumah sakit jiwa acapkali memberikan perlindungan bagi para pengemis sebagaimana orang yang mengalami gangguan, dan kondisi di tempat itu biasanya mengerikan. Para penghuninya sering kali dirantai di tepi tempat tidur mereka dan dibiarkan terbaring di tengah kotoran mereka atau berkeluyuran tanpa ada yang membantunya.


e.       Gerakan Reformasi dan Terapi Mental
Sejak tahun 1784 hingga 1802, Pusin, seorang awam, ditempatkan sebagai penguasa suatu bangsal untuk orang-orang yang dianggap gila tidak tersembuhkan pada La Bicêtre, sebuah rumah sakit mental besar di kota Paris. Orang-orang yang tidak beruntung tersebut telah dianggap terlalu berbahaya dan tidak dapat diramalkan perilakunya jika dibiarkan tidak dirantai. Namun, Pusin meyakini apabila mereka dirawat dengan kebaikan hati, maka mereka tidak perlu dirantai. Sebagaimana yang diperkirakannya, kebanyakan dari mereka yang dikurung menjadi lebih mudah ditangani dan tenang saat rantai mereka dilepaskan. Mereka dapat berjalan di halaman rumah saki dan menghirup udara segar. Pinel (1746-1826) melanjutkan penanganan manusiawi yang telah dimulai oleh Pussin. Ia menghentikan prektek-prektek yang kasar, seperti melukai dan mensucikan penderita, dan memindahkan pasien dari kamar bawah tanah yang gelap kekamar yang memiliki ventilasi yang baik dan terkena sinar matahari. Pinel juga menghabiskan waktu berjam-jam untuk berbicara dengan para penghuni, dengan keyakinan bahwa dengan memberikan pengertian dan kepedulian akan membantu penyembuhan mereka untuk kembali berfungsi secara normal. Filosofis penanganan yang muncul dari upaya ini disebut terapi moral. Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa memberikan penanganan yang manusiawi dalam lingkungan yang santai dan layak dapat mengembalikan fungsi individu menjadi normal kembali.

f.       Suatu Langkah Mundur Akhir Abad Ke-19 dan Pertengahan Abad Ke-20
Pada paruh terakhir abad ke-19, keyakinan bahwa perilaku abnormal dapat berhasil ditangani atau disembuhkan dengan terapi moral menjadi kurang disukai ( USDHHS, 1999 ). Rumah sakit mental menjadi tempat yang menakutkan. Kondisi rumah sakit yang menyedihkan tetap menjadi hal yang umum hingga pertengahan abad ke-20. Walaupun sejumlah rumah sakit negara yang bagus menyediakan perawatan yang layak dan manusiawi, banyak yang digambarkan tidak lebih sebagai sarang macan bagi manusia. Para penghuni sering dijejalkan di dalam bangsal yang bahkan tidak memiliki sanitasi yang baik. Banyak pasien menerima sedikit perawatan profesional dan diperlakukan tidak manusiawi oleh staf-staf yang kurang terlatih dan kurang mendapatkan pengawasan.

C. Tokoh-Tokoh Demonologi Dan Teori-Teorinya
Hippocrates (460-377 SM), dipengaruhi oleh teori humoral, mengusulkan tiga serangkai gangguan mental disebut melankoli, mania dan phrenitis (gangguan mental seperti rasa takut disertai dengan demam). Dia juga berbicara tentang gangguan lainnya seperti fobia. Dia percaya penyakit yang merupakan produk dari faktor lingkungan, diet dan kebiasaan hidup, bukan hukuman yang dijatuhkan oleh para dewa. Namun, ia juga keberatan dengan spekulasi tentang etiologi kegilaan (misalnya bahwa itu tersimpan di dalam hati dan diafragma atau "phren") dan diamati lebih dekat (pengamatan perilaku).
Plato (427-347 SM) berpendapat bahwa ada dua jenis penyakit mental:. "diilhami ilahi" penyakit mental yang memberi orang kekuatan kenabian, dan tipe kedua yang disebabkan oleh penyakit fisik.
Aristoteles (384-322 SM), yang belajar di bawah Plato, meninggalkan ilahi teori menyebabkan penyakit mental, dan mengusulkan sebagai gantinya bahwa semua penyakit mental disebabkan oleh masalah fisik. 
Dalam Yunani kuno dan Roma, kegilaan stereotip dikaitkan dengan tanpa tujuan mengembara dan kekerasan. Namun, Socrates dianggap aspek positif termasuk bernubuat (sebuah 'seni manik'); inisiasi mistis dan ritual, inspirasi puitis, dan kegilaan pecinta. Sekarang sering dianggap sebagai lambang pemikiran yang sangat rasional dan sebagai pendiri filsafat, Socrates bebas mengaku mengalami apa yang sekarang disebut "halusinasi perintah" (kemudian disebut 'daemon' nya).Pythagoras juga mendengar suara. 
Melalui kontak panjang dengan kebudayaan Yunani, dan penaklukan akhirnya mereka Yunani, Roma banyak diserap Yunani (dan lainnya) ide-ide tentang obat.
Al-Tabari menulis tentang perlunya konseling bijaksana, pandai dan mendapatkan kepercayaan. Al-Razi (Rhazes) menyarankan manfaat dari komentar penuh harapan dan guncangan emosional tiba-tiba, dan ditujukan masalah psikologis, moral dan agama roh.Al-Farabi (Alpharabius) menulis tentang efek terapi musik di jiwa.
Al-Ghazali berpendapat bahwa penyakit rohani yang berbahaya dan hasil dari ketidaktahuan dan penyimpangan dari Allah. Ibnu Sina (Avicenna) mengambil pendekatan fisiologis dan psikologis gabungan, menyikapi kondisi seperti halusinasi, insomnia, vertigo melankoli, dan mania. Dia berspekulasi pengaruh tentang fisiologis di otak dan gangguan mental, serta tentang intervensi psikologis. 
Al-Majusi (Haly Abbas) dijelaskan penyakit dalam hal otak, termasuk penyakit tidur, kehilangan memori, hipokondria dan penyakit cinta.
Arnaldus de Villanova (1235-1313) gabungan "roh jahat" dan Galen berorientasi "empat humor" teori dan dipromosikan trepanning sebagai obat untuk membiarkan setan dan kelebihan melarikan diri humor. obat tubuh lain dalam penggunaan umum meliputi pembersihan, mengeluarkan darah dan mencambuk. Madness sering dipandang sebagai masalah moral, baik hukuman atas dosa atau tes iman dan karakter. Teologi Kristen mendukung berbagai terapi, termasuk puasa dan doa bagi mereka terasing dari Allah dan eksorsisme tersebut dimiliki oleh Iblis . Jadi, meskipun gangguan mental sering dianggap karena dosa, menyebabkan lebih duniawi lainnya juga dieksplorasi, termasuk melewati batas diet dan alkohol, kerja paksa, dan kesedihan biarawan Fransiskan Bartholomeus Anglicus (ca. 1203-1272). menggambarkan suatu kondisi yang menyerupai depresi di ensiklopedia nya, De Rerum Proprietatibis, dan ia menyarankan musik yang akan membantu. Sebuah saluran semi-resmi disebut regis Praerogativa dibedakan antara "idiot lahir alami" dan "gila". Istilah terakhir ini diterapkan untuk dengan periode gangguan mental; yang berasal baik dari mitologi Romawi menggambarkan orang-orang "gila". Episode mania menari massa dilaporkan dari Abad Pertengahan, "yang memberikan kepada individu yang terkena semua penampilan gila" . Ini adalah salah satu jenis delusi massal atau histeria massa / kepanikan yang telah terjadi di seluruh dunia melalui ribuan tahun 
Perawatan orang gila terutama tanggung jawab keluarga. Di Inggris, jika keluarga tidak mampu atau tidak mau, penilaian telah dilakukan oleh perwakilan mahkota dalam konsultasi dengan juri lokal dan semua pihak yang berkepentingan, termasuk subjek dirinya sendiri. Proses itu terbatas pada mereka yang real estat atau real pribadi, tetapi mencakup miskin serta kaya dan memperhitungkan masalah psikologis dan sosial. Kebanyakan dari mereka yang dianggap gila pada saat itu mungkin memiliki lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari masyarakat daripada orang didiagnosis dengan gangguan mental hari ini Seperti pada era lain, visi yang biasanya ditafsirkan sebagai bermakna spiritual dan wawasan visioner. Beberapa mungkin telah kausal berkaitan gangguan mental, tapi karena halusinasi secara kultural didukung mereka mungkin tidak memiliki koneksi yang sama seperti hari ini. 
Vincenzo Chiarugi medis di Italia di bawah kepemimpinan Pencerahan, inspektur Pussin mantan-pasien dan petugas medis psikologis cenderung Phillipe Pinel di Perancis revolusioner, kaum Quaker di Inggris, yang dipimpin oleh pengusaha William Tuke, dan kemudian, di Amerika Serikat, kampanye Dorothea Dixp, menggunakan pengobatan, yang menerapkan pendekatan yang lebih manusiawi, psikososial dan personal.






BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
            Demonologi penting bagi kita untuk mengenalinya, sebab kita dapat lebih berhati-hati lagi menghadapi si musuh jika kita tahu mengenai pribadi, kebiasaan, dan pekerjaannya. Serta beberapa teori yang mendukung dalam terjadinya prilaku demonology terhadap individu, Kesehatan mental atau mental disorder merupakan betuk gangguan dan kekacauan fungsi mental ( kesehatan mental), yang disebabkan oleh kegagalan mekanisme adaptasi dari fungsi – fungsi kejiwaan/ mental terhadap stimuli eksternal dan ketegangan – ketegangan sehingga muncul gangguan pada struktur kejiwaan. Gangguan Mental Merupakan totalitas kesatuan dari ekspresi mental yang patologis terhadap stimuli sosial, yang dikombniasikan dengan faktor – faktor sekunder lainnya.

B.     Saran
Adapun saran dari kami untuk teman-teman maupun pembaca adalah dari berbagai uraian diatas masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan referensi dan pengetahuan serta kemampuan kami dalam menguraikan dan menjabarkan tentang demonologi, sejarah perkembangan rumah sakit jiwa, teori dan tokoh – tokoh. Untuk itu jika ada kesalahan dari segi bentuk ,aturan kata ,ataupun salah dalam pembahasan yang kami bahas sekiranya dapat memberikan kiritik dan saran yang sifatnya membangun  agar kiranya kedepannya makalah ini jauh lebih baik lagi.
















DAFTAR PUSTAKA
Lorens Bagus., Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Stefan Leks., Tafsir Injil Lukas, Yogyakarta: Kanisius, 2003.
Hawari, Dadang, Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Bina Bhakti Prima Yasa, 1995.

Yogyakarta: Yayasan Pernebitan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1982.

Moeljono Notosoedirdjo, Latipun, Kesehatan Mental, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,1999.

Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999
.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar