BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Demonologi merupakan
pemikiran awal yang dikembangkan atas dasar pemikiran yang tidak rasional, dimana
suatu tingkah laku kejahatan yang dilakukan oleh individu merupakan pengaruh
dari roh jahat (demon
adalah setan). Benar atau salahnya suatu tingkah laku ditentukan oleh definisi
kepala suku atau orang yang dianggap sebagai dewa. Pemikiran ini masih bersifat konvensional di mana tindakan pelanggaran yang
dianggap paling serius bagi Demonologis adalah mempergunakan ilmu gaib hitam
atau dikenal dengan black magic. Hukuman yang
digunakan juga masih bersifat tradisional yang ditujukan untuk mengusir roh
jahat dalam diri individu tersebut, seperti membakar individu yang memiliki
ilmu hitam. Demonologi penting
bagi kita untuk mengenalinya, sebab kita dapat lebih berhati-hati lagi
menghadapi si musuh jika kita tahu mengenai pribadi, kebiasaan, dan
pekerjaannya. Namun karena fokus makalah ini lebih ke Angelologi, maka kita tidak akan membahas Demonologi terlalu dalam. Untuk itu,
mari kita masuk ke pembahasan selanjutnya, yaitu mengenai kejatuhan para
malaikat surgawi. Merekalah bentuk asli iblis ketika mereka diciptakan.
B.
Rumusan
Masalah
a.
Menjelaskan mengenai demonologi.
b.
Sejarah rumah sakit jiwa dan abad kegelapan hingga
saat ini.
c.
Para tokoh-tokoh serta teori-teorinya dalam
demonologi.
C.
Tujuan
Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Demonologi, sejarah perkembangannya pada
abad kegelapan hingga saat ini, rumah sakit jiwa yang dibangun untuk penderita gangguan
mental, serta para tokoh-tokoh yang berperan dalam demonologi dalam teori-teori
mereka.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Demonologi
Demonologi berasal dari kata Yunani
kuno ‘δαίμων’ (daimōn) dan logoς (logos) yang berarti ‘perkataan atau kata-kata’. Daimon artinya ‘roh’ atau ‘kekuatan
yang hebat’ atau ‘roh supranatural – yang bersifat jahat’. Pengertian dari kata
ini sesungguhnya cukup banyak, tapi umumnya kata ini diartikan sebagai ‘roh
yang meninggali suatu tempat’ atau ‘roh jahat – iblis’. Jadi, Demonologi adalah ‘pembicaraan
mengenai roh-roh jahat/iblis’.
Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, iblis memiliki pengertian ‘makhluk halus yang selalu berupaya
menyesatkan manusia dari petunjuk Tuhan’. Jadi, iblis atau setan adalah pribadi
jahat yang ada dalam suatu bentuk roh yang selalu berupaya untuk membuat
manusia berjalan pada jalan yang salah, fasik, dan jahat di mata Tuhan. Kita
akan mencoba mengenali si jahat ini lebih jauh lagi agar kita bisa senantiasa
waspada pada siasat jahatnya yang akan selalu membuat kita jauh dari Tuhan.
Demonologi penting bagi kita untuk mengenalinya, sebab kita
dapat lebih berhati-hati lagi menghadapi si musuh jika kita tahu mengenai
pribadi, kebiasaan, dan pekerjaannya. Namun karena fokus makalah ini lebih ke Angelologi, maka kita tidak akan
membahas Demonologi terlalu
dalam. Untuk itu, mari kita masuk ke pembahasan selanjutnya, yaitu mengenai
kejatuhan para malaikat surgawi. Merekalah bentuk asli iblis ketika mereka
diciptakan. Ya, iblis dahulu memang adalah malaikat Tuhan.
a.
Kajian Demonologi Dalam Pandangan Agama
Dalam Kajian
Alkitab dalam agama Kristen dijumpai
demonologi yang sudah berlangsung sejak tradisi bangsa Yahudi kuno pada waktu dijajah oleh Persia.
Kemudiam dalam sastra para nabi Yahudi terdeteksi dari tahun 150 SM. Dalam
tradisi Perjanjian Lama, mula-mula setan dipandang sebagai berhala. Kemudian
dalam Sastra apokaliptik setan dipahami sebagai malaikat-malaikat yang jatuh
dalam ketidak patuhan terhadap Tuhan. Lalu setan-setan yang dikepalai iblis itu
membujuk manusia untuk menyembah berhala, percaya takhayul dan melakukan
perang. Mereka menyiksa manusia juga dalam bentuk penyakit. Sedangkan
dalam sastra penciptaan, setan dipandang sebagai musuh Allah yang senantiasa menggoda dalam
pikiran dan badan manusia, bukan lagi dalam penguasaan dan dosa. Pengusiran setan dari kehidupan
manusia dipandang sebagai kemenangan atas iblis atau tanda-tanda pembebasan
manusia atas yang jahat. Yesus pernah melakukan pengusiran Roh jahat (iblis)
dari orang-orang yang dijumpainya. Namun dalam Lukas 9:40, para murid Yesus
gagal melakukannya.
b.
Pandangan Demonologi Dalam Psikologi
Selama rentang sejarah budaya barat, konsep perilaku abnormal telah dibentuk dalam
beberapa hal oleh pandangan dunia (worldview)
yang berlaku pada saat itu. Juga sepanjang sejarah, keyakinan akan kekuatan supranatural, setan, dan roh
jahat telah sangat mendominasi. Perilaku abnormal seringkali dianggap sebagai
tanda kerasukan (possession). Pada masa kini yang lebih modern, pandangan dunia secara umumnya meski tak berarti universal, telah berganti
pada keyakinan terhadap ilmu dan nalar
(reason). Dalam budaya psikologi, perilaku
abnormal telah dipandang sebagai produk dari faktor fisik dan psikososial,
bukan akibat dari kerasukan setan.
Perkembangan model medis yang modern, yaitu pandangan bahwa perilaku abnormal merupakan hasil dari proses biologis yang
melatar
belakanginya. Hipocrates telah mulai mengklasifikasikan pola-pola perilaku abnormal, dengan menggunakan tiga kelas utama yang
memiliki sejumlah kesamaan, dimana melankolia untuk menandai depresi yang
berlebihan, manaik untuk mengacu pada kegembiraan yang berlebihan, dan ferenitis utuk menandai bentuk perilaku aneh yang mungkin pada saat ini mencirikan skizofrenia ( gila ), Hipocrates
(460-377 SM).
B. Perkembangan
Demonologi Dari Zaman Kegelapan Hingga Sekarang
a.
Rumah sakit jiwa pertama
Bangunan rumah sakit jiwa yang pertama didirikan di Baghdad
pada tahun 705, dan rumah sakit jiwa gila dibangun di Fes pada abad ke-8 awal,
Kairo pada tahun 800 dan di Damaskus dan Aleppo di 1270. pasien yang dirawat diterapi dengan cara dimandikan, diberikan obat-obatan, serta terapi musik dan kegiatan yang mendukung
kesembuhannya. Pada abad yang akan datang, Dunia Muslim akhirnya akan
berfungsi sebagai stasiun cara penting pengetahuan untuk Renaissance Eropa,
melalui terjemahan Latin dari banyak teks-teks Islam ilmiah. (Avicenna)
Ibn-Sina Canon of Medicine menjadi standar ilmu kedokteran di Eropa selama
berabad-abad, bersama dengan karya-karya Hippocrates dan Galen.
b. Zaman Pertengahan atau zaman kegelapan
Keyakinan terhadap penyebab
supranatural, terutama doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat, meningkat
pengaruhnya ,dan akhirnya
mendominasi pemikiran pada zaman
pertengahan. Doktrin tentang penguasaan oleh roh jahat meyakini bahwa perilaku abnormal merupakan suatu tanda kerasukan oleh roh jahat atau iblis.
Keyakinan ini dibubuhkan kedalam ajaran gereja katolik Roma, yang menjadi
kekuatan pemersatu di Eropa Barat, setelah runtuhnya kekaisaran Roma tentunya. Sebagai pilihan dalam menanganani perilaku abnormal adalah dengan pengusiran roh jahat (exorcism). Para pengusir roh jahat
dipekerjakan untuk meyakinkan roh jahat bahwa tubuh korban yang mereka tuju
pada dasarnya tidak dapat dihuni. Metode-metodenya meliputi berdoa,
mengayun-ayunkan tanda salib kehadapan korban,
memukul dan mencambuk, bahkan membuat korban menjadi lapar. Apabila korban
masih menunjukkan perilaku yang tidak sepatutnya, terdapat pengobatan yang
bahkan lebih kuat, seperti penyiksaan, dengan peralatan untuk menyiksa. Tampak
jelas bahwa penerima “pengobatan” tersebut akan termotivasi untuk menyesuaikan
perilaku mereka sebaik mungkin sesuai dengan harapan sosial.
c. Ilmu Sihir
Pada akhir abad ke-15 sampai akhir abad ke-17, yang merupakan masa
dimana terjadi penganiayaan-penganiayaan terhadap orang-orang yang dituduh
memiliki ilmu sihir. Lalu muncul tes-tes
diagnostik yang kreatif untuk mendeteksi penguasaan oleh roh jahat dan ilmu
sihir. Dalam kasus tes terapung di air, orang yang tidak bersalah
ditenggelamkan sebagaai cara untuk meyakinkan bahwa mereka tidak dirasuki oleh
iblis. Tes terapung di air didasarkan pada prinsip bahwa logam murni tetap
berada didasar selama peleburan,
sedangkan yang tiruan muncul kepermukaan. Tertuduh yang dapat mempertahankan
kepala mereka di atas permukaan air dianggap bersekutu dengan iblis. Oleh
karenanya mereka benar-benar berada dalam kesulitan. Percobaan ini merupakan
sumber frase yang berbunyi “terkutuklah
jika engkau melakukan dan terkutuklah jika tidak” (damn if you do and damn
if you don’t). Akademisi
modern pernah meyakini bahwa orang-orang yang disebut sebagai penyihir pada
abad pertengahan dan zaman renaisensse sebenarnya merupakan orang-orang yang mengalami gangguan secara mental.
Mereka diyakini dianiaya karena
perilaku abnormal mereka dianggap sebagai bukti bahwa mereka bersekutu dengan
iblis. Adalah benar bahwa banyak dari penyihir yang diduga mengaku telah melakukan perilaku yang tidak mungkin, seperti terbang atau
melakukan hubungan seksual dengan iblis. Dilain sisi, pengakuan semacam itu mungkin
mengacu pada gangguan dalam pikiran dan persepsi yang konsisten dengan
diagnosis modern tentang gangguan psikologis, seperti skizofrenia.
Meskipun setan diyakini memainkan
peranan baik dalam perilaku abnormal, maupun ilmu sihir, tapi terdapat
perbedaan antara keduanya. Korban dari kerasukan oleh roh jahat kemungkinan
dipersepsikan dirundung hal itu sebagai balasan atas pelanggaran yang telah
dilakukan, tapi beberapa orang yang menunjukkan perilaku abnormal dianggap
merupakan korban yang tidak berdosa dari penguasaan setan tersebut. Namun,
penyihir diyakini secara sukarela memasuki persekutuan dengan iblis dan
meninggalkan Tuhan. Penyihir biasanya dipandang lebih pantas untuk mengalami penyiksaan, dan eksekusi
hukuman mat
d. Abad ke-15 dan awal ke-16
Pada akhir abad ke-15 dan awal
abad ke-16, rumah sakit jiwa , atau penampungan untuk orang schizophrenia,
mulai menjamur di seluruh Eropa. Banyak yang sebelumnya merupakan leprosariun
(tempat perawatan untuk penderita lepra), yang tidak lagi dibutuhkan karena
berkurangnya penyakit lepra pada akhir abad pertengahan. Rumah sakit jiwa acapkali memberikan perlindungan bagi para pengemis sebagaimana orang yang
mengalami gangguan, dan kondisi di tempat itu biasanya mengerikan. Para
penghuninya sering kali dirantai di
tepi tempat tidur mereka dan dibiarkan terbaring di tengah kotoran mereka atau
berkeluyuran tanpa ada yang membantunya.
e. Gerakan Reformasi dan Terapi Mental
Sejak tahun 1784 hingga 1802, Pusin,
seorang awam, ditempatkan sebagai penguasa suatu bangsal untuk orang-orang yang
dianggap gila tidak tersembuhkan pada
La Bicêtre, sebuah rumah sakit mental besar di kota Paris. Orang-orang yang tidak beruntung tersebut telah dianggap terlalu
berbahaya dan tidak dapat diramalkan perilakunya jika dibiarkan tidak dirantai. Namun, Pusin meyakini apabila mereka dirawat dengan kebaikan hati, maka mereka
tidak perlu dirantai. Sebagaimana yang diperkirakannya, kebanyakan dari mereka yang
dikurung menjadi lebih mudah ditangani dan tenang saat rantai mereka dilepaskan. Mereka dapat berjalan di halaman rumah saki dan
menghirup udara segar. Pinel (1746-1826) melanjutkan penanganan manusiawi yang
telah dimulai oleh Pussin. Ia menghentikan prektek-prektek yang kasar, seperti
melukai dan mensucikan penderita, dan
memindahkan pasien dari kamar bawah tanah yang gelap kekamar yang memiliki
ventilasi yang baik dan terkena sinar matahari. Pinel juga menghabiskan waktu
berjam-jam untuk berbicara dengan para penghuni, dengan keyakinan bahwa dengan memberikan pengertian dan kepedulian akan membantu penyembuhan mereka untuk kembali
berfungsi secara normal. Filosofis penanganan yang muncul dari upaya ini disebut terapi moral. Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa
memberikan penanganan yang manusiawi dalam lingkungan yang santai dan layak dapat mengembalikan fungsi individu menjadi normal kembali.
f. Suatu Langkah Mundur Akhir Abad Ke-19 dan Pertengahan Abad Ke-20
Pada paruh terakhir abad ke-19,
keyakinan bahwa perilaku abnormal dapat berhasil ditangani atau disembuhkan
dengan terapi moral menjadi kurang disukai ( USDHHS, 1999 ). Rumah sakit mental menjadi tempat yang menakutkan. Kondisi rumah sakit yang
menyedihkan tetap menjadi hal yang umum hingga pertengahan abad ke-20. Walaupun sejumlah rumah sakit negara yang bagus menyediakan perawatan yang layak
dan manusiawi, banyak yang digambarkan tidak lebih sebagai sarang macan bagi manusia. Para penghuni sering dijejalkan di dalam bangsal yang bahkan tidak memiliki sanitasi yang baik. Banyak pasien menerima sedikit perawatan profesional dan diperlakukan tidak
manusiawi oleh staf-staf yang kurang
terlatih dan kurang mendapatkan pengawasan.
C. Tokoh-Tokoh Demonologi Dan Teori-Teorinya
Hippocrates (460-377 SM), dipengaruhi oleh teori humoral, mengusulkan tiga serangkai
gangguan mental disebut melankoli, mania dan phrenitis (gangguan mental seperti
rasa takut disertai dengan demam). Dia juga berbicara tentang gangguan
lainnya seperti fobia. Dia percaya penyakit yang merupakan produk dari faktor
lingkungan, diet dan kebiasaan hidup, bukan hukuman yang dijatuhkan oleh para
dewa. Namun, ia juga keberatan dengan spekulasi tentang etiologi kegilaan
(misalnya bahwa itu tersimpan di dalam hati dan diafragma atau
"phren") dan diamati lebih dekat (pengamatan perilaku).
Plato (427-347 SM)
berpendapat bahwa ada dua jenis penyakit mental:. "diilhami
ilahi" penyakit mental yang memberi orang kekuatan kenabian, dan tipe
kedua yang disebabkan oleh penyakit fisik.
Aristoteles (384-322 SM), yang belajar di bawah
Plato, meninggalkan ilahi teori menyebabkan penyakit mental, dan
mengusulkan sebagai gantinya bahwa semua penyakit mental disebabkan oleh
masalah fisik.
Dalam Yunani kuno dan Roma, kegilaan
stereotip dikaitkan dengan tanpa tujuan mengembara dan kekerasan. Namun,
Socrates dianggap aspek positif termasuk bernubuat (sebuah 'seni manik');
inisiasi mistis dan ritual, inspirasi puitis, dan kegilaan
pecinta. Sekarang sering dianggap sebagai lambang pemikiran yang sangat
rasional dan sebagai pendiri filsafat, Socrates bebas mengaku mengalami apa
yang sekarang disebut "halusinasi perintah" (kemudian disebut
'daemon' nya).Pythagoras juga mendengar suara.
Melalui kontak panjang
dengan kebudayaan Yunani, dan penaklukan akhirnya mereka Yunani, Roma banyak
diserap Yunani (dan lainnya) ide-ide tentang obat.
Al-Tabari menulis tentang perlunya konseling bijaksana, pandai dan mendapatkan
kepercayaan. Al-Razi (Rhazes) menyarankan manfaat dari komentar penuh
harapan dan guncangan emosional tiba-tiba, dan ditujukan masalah psikologis,
moral dan agama roh.Al-Farabi (Alpharabius) menulis tentang efek terapi musik
di jiwa.
Al-Ghazali berpendapat bahwa penyakit rohani yang berbahaya dan hasil dari
ketidaktahuan dan penyimpangan dari Allah. Ibnu Sina (Avicenna) mengambil
pendekatan fisiologis dan psikologis gabungan, menyikapi kondisi seperti
halusinasi, insomnia, vertigo melankoli, dan mania. Dia berspekulasi
pengaruh tentang fisiologis di otak dan gangguan mental, serta tentang
intervensi psikologis.
Al-Majusi (Haly Abbas) dijelaskan penyakit dalam hal otak, termasuk penyakit tidur, kehilangan
memori, hipokondria dan penyakit cinta.
Arnaldus de Villanova (1235-1313) gabungan "roh
jahat" dan Galen berorientasi "empat humor" teori dan
dipromosikan trepanning sebagai obat untuk membiarkan setan dan kelebihan
melarikan diri humor. obat tubuh lain dalam penggunaan umum meliputi
pembersihan, mengeluarkan darah dan mencambuk. Madness sering dipandang sebagai
masalah moral, baik hukuman atas dosa atau tes iman dan karakter. Teologi
Kristen mendukung berbagai terapi, termasuk puasa dan doa bagi mereka terasing
dari Allah dan eksorsisme tersebut dimiliki oleh Iblis . Jadi, meskipun
gangguan mental sering dianggap karena dosa, menyebabkan lebih duniawi lainnya
juga dieksplorasi, termasuk melewati batas diet dan alkohol, kerja paksa,
dan kesedihan biarawan Fransiskan Bartholomeus Anglicus (ca. 1203-1272).
menggambarkan suatu kondisi yang menyerupai depresi di ensiklopedia nya, De
Rerum Proprietatibis, dan ia menyarankan musik yang akan membantu. Sebuah
saluran semi-resmi disebut regis Praerogativa dibedakan antara "idiot
lahir alami" dan "gila". Istilah terakhir ini diterapkan
untuk dengan periode gangguan mental; yang berasal baik dari mitologi Romawi
menggambarkan orang-orang "gila". Episode mania menari massa dilaporkan dari
Abad Pertengahan, "yang memberikan kepada individu yang terkena semua
penampilan gila" . Ini adalah salah satu jenis delusi massal atau histeria
massa / kepanikan yang telah terjadi di seluruh dunia melalui ribuan
tahun
Perawatan orang gila terutama tanggung
jawab keluarga. Di Inggris, jika keluarga tidak mampu atau tidak mau,
penilaian telah dilakukan oleh perwakilan mahkota dalam konsultasi dengan juri
lokal dan semua pihak yang berkepentingan, termasuk subjek dirinya
sendiri. Proses itu terbatas pada mereka yang real estat atau real
pribadi, tetapi mencakup miskin serta kaya dan memperhitungkan masalah
psikologis dan sosial. Kebanyakan dari mereka yang dianggap gila pada saat
itu mungkin memiliki lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari masyarakat
daripada orang didiagnosis dengan gangguan mental hari ini Seperti pada era
lain, visi yang biasanya ditafsirkan sebagai bermakna spiritual dan wawasan
visioner. Beberapa mungkin telah kausal berkaitan gangguan mental, tapi
karena halusinasi secara kultural didukung mereka mungkin tidak memiliki
koneksi yang sama seperti hari ini.
Vincenzo Chiarugi medis di Italia di bawah kepemimpinan
Pencerahan, inspektur Pussin mantan-pasien dan petugas medis psikologis
cenderung Phillipe Pinel di Perancis revolusioner, kaum Quaker di Inggris, yang
dipimpin oleh pengusaha William Tuke, dan kemudian, di Amerika Serikat,
kampanye Dorothea Dixp, menggunakan pengobatan, yang menerapkan pendekatan
yang lebih manusiawi, psikososial dan personal.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Demonologi penting bagi kita untuk mengenalinya, sebab kita dapat
lebih berhati-hati lagi menghadapi si musuh jika kita tahu mengenai pribadi,
kebiasaan, dan pekerjaannya. Serta
beberapa teori yang mendukung dalam terjadinya prilaku demonology terhadap
individu, Kesehatan mental atau mental
disorder merupakan betuk gangguan dan kekacauan fungsi mental ( kesehatan
mental), yang disebabkan oleh kegagalan mekanisme adaptasi dari fungsi – fungsi
kejiwaan/ mental terhadap stimuli eksternal dan ketegangan – ketegangan
sehingga muncul gangguan pada struktur kejiwaan. Gangguan Mental Merupakan
totalitas kesatuan dari ekspresi mental yang patologis terhadap stimuli sosial,
yang dikombniasikan dengan faktor – faktor sekunder lainnya.
B.
Saran
Adapun
saran dari kami untuk teman-teman maupun pembaca adalah dari
berbagai uraian diatas masih terdapat banyak kekurangan karena keterbatasan
referensi dan pengetahuan serta kemampuan kami dalam menguraikan dan
menjabarkan tentang demonologi, sejarah perkembangan rumah sakit jiwa, teori
dan tokoh – tokoh. Untuk itu jika ada kesalahan dari segi bentuk ,aturan kata
,ataupun salah dalam pembahasan yang kami bahas sekiranya dapat memberikan
kiritik dan saran yang sifatnya membangun
agar kiranya kedepannya makalah ini jauh lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Lorens Bagus., Kamus Filsafat, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Stefan Leks., Tafsir Injil Lukas, Yogyakarta:
Kanisius, 2003.
Hawari, Dadang, Al-Qur'an Ilmu
Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Bina Bhakti Prima Yasa, 1995.
Yogyakarta: Yayasan Pernebitan
Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1982.
Moeljono Notosoedirdjo, Latipun,
Kesehatan Mental, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang,1999.
Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar